Feel Free For a Donation

Rabu, 16 September 2015

Benang Merah Antara Grunge, Noise, Nirvana dan Earth



INTERVIEW DENGAN Martinus Indra Hermawan (To Die, Jogja Noise Bombing)
oleh Tokoh Antagonist



Berikut adalah cuplikan wawancara singkat dengan Martinus Indra Hermawan atau yang akraab disapa Indra Menus frontman dari band To Die, berbicara tentang hal-hal yang bersangkut paut antara Noise dan grunge dan dimana benang merah atau jembatan yang mempertemukan mereka.

1. Apa kabar mas, sedang mengerjakan proyek apa sekarang?

hallo mas bro di sana. kbr baik setelah bed rest tipes kemaren hahaa (malah curhat). utk proyek kebetulan saya sedang intens ngerampungin beberapa rilisan tape di label saya, Relamati Recs. kalo utk band, bersiap recording band drone/noise saya ThreeBlackDotsInTheBrackets (((...))) utk split dg Oath (Bdg). To Die sedang menyiapkan materi boxset 3 tape. Juga nyiapin Zine Fest bulan Juli nanti. Ngurusin beberapa band yang mau tour ke Indonesia dan jg sibuk sbg daily shitworker

2. Gini mas, menyambung obrolan kita tempo hari. saya rasa anak grunge juga pada penasaran, ceritakan sedikit dong benang merah antara grunge, noise, Nirvana dan Earth

waduh,kebetulan kalo Grunge, pengetahuan saya mentok sbg fans Eddie Vedder dan PJ hahhaha. Mungkin benang merah nya adalah karena personel Earth, Dylan Carlson itu adalah "dokter narkoba" nya Kurt Cobain juga sebagai orang yang membelikan senjata untuk bunuh dirinya Kurt. jadi mereka deket secara personal bahkan mereka juga bikin semacam kolaborasi di lagu Earth "divine and bright" yg di rekam oktober 1990 dimana Kurt jadi vokalis tamu nya. Secara musikalitas mungkin karena kalo kita dengerin lagu2 atau (lebih kentara lagi) lihat performance dari band band Grunge, banyak terdapat elemen Noise di situ seperti feedback yang berujung pada noise sound, raw sound, smashed equipments dan lain lain. Makanya secara alamiah banyak yang berasal dari skena Grunge yang kemudian menyukai Noise dari kesamaan estetika tadi.

3. Jika ditarik kesimpulan, seandainya, Kurt Cobain tidak berteman dengan Earth dan Sonic Youth maka musik punk tidak akan menjadi seaneh dan seberisik itu, bukankah dulu juga sudah banyak punk yang berisik, mengapa itu tidak lantas identik dengan grunge?

Iya, kalo di runut sih sudah ada beberapa band US Hardcore Punk yang memasukkan elemen Noise ke dalam aransemen mereka, taruhlah Void (1980) dari washington D.C atau bahkan Flipper (1979) dari San Fransisco yang banyak mempengaruhi band band Grunge di kemudian hari (misal: The Melvins), Noise Rock bahkan Sludge dengan brand Punk Rock mereka yang di mainkan dengan tempo sangat pelan. Masalah identifikasi mungkin karena band band yg saya sebutin tadi tidak di kenal secara luas oleh media yang otomatis berita tentang mereka kurang ter-ekspos. dan kita tahu gimana masif nya media dengan identifikasi Grunge itu = Nirvana = Kurt Cobain.

4. Apakah noise itu harus identik dengan image tertentu?

menurut saya sih enggak, maksudnya semua jenis Noise, baik musik maupun artis nya nggak selalu identik dengan satu hal saja tapi bisa ber macam macam, tergantung posisi si artis tersebut dalam memandang Noise itu sendiri. ada yang mengidentifikasikan Noise dengan Art, ada juga yang mengidentikkan dengan Hipster (Prurient misalnya). ada yang identik dengan hal hal semacam bondage (Merzbow), orgy dan gore image (Sodadosa) dan lain lain.

5. Saya pusing mas, otak saya gak sampe. Wawancaranya segini dulu. terima kasih banyak waktunya.
silahkan beri saya pertanyaan


hahaha sama sama mas bro. saya punya pertanyaan yg seru neh mas, merujuk ke obrolan kita dulu. menurut mas, bagaimana dengan pendapat bahwa Noise itu mesti ada aturan nya? semisal kita mesti ngerti filosofi2nya atau bagaimana membuat aransemen Noise yang rapi/teratur. mari kita ngopi dan ngobrol

           Bagi saya Noise itu spontanitas, atau mungkin saya menganalogikannya begini, semacam refleks dari bebunyian dengan emosi spontan kita saat itu, karena memang saya tidak pernah mengkonsep. setiap sepuluh menit sebelum saya perform, saya memandang ke arah panggung, bertanya "suara apa yang akan timbul nantinya", saya tidak tahu, mengalir begitu saja.

Senin, 10 Agustus 2015

Klepto Opera Rilis Single Terbaru "Ode Untuk Yang Tersisa (Demo Version)".





Grungee Jumping.



         Klepto Opera akhirnya merilis single pertama untuk mempromosikan album terbaru yang sampai saat ini belum ditentukan judul albumnya. Single ini berjudul "Ode Untuk Yang Tersisa" dengan kualitas demo, sebelum memasuki proses mastering.
    Single ini merupakan sebuah ode bagi mantan vokalis mereka Benny Benhur yang meninggal dunia Oktober tahun lalu karena diabetes.

     Proses perekaman single "Ode Untuk Yang tersisa"

       Single "Ode Untuk yang Tersisa" mempunyai sound yang vintage, mentah dan gelap namun easy listening.


     Proses pembuatan video "Ode Untuk Yang Tersisa".
    

Selasa, 23 Juni 2015

Ananta Rizky Pramudya : Antara Seni Rupa, Grunge dan Kurt Cobain

Biasanya kegelisahan itu datang ketika saya harus ikut merasakan bahkan memasuki rongga-rongga kehidupan Kurt Cobain yang penuh dengan permasalahan. Yang kadang mempunyai cerita kehidupan yang cenderung sama dengan apa yang saya alami

Ghenzoy diantara patung-patung Kurt Cobain karyanya.
Grungee Jumping. Sederhana, Senyum dan keriangan selalu nampak dari wajah pria bernama Ananta Rizky Pramudya atau akrab dipanggil dengan sebutan Ghenzoy. Pria kelahiran Kuningan 20 Maret 1989 itu dulu pernah aktif bermain musik dalam band  'Iritasi' dan 'Valium' di Kuningan dan di Cirebon Timur dengan mengusung musik bergenre Grunge .Tapi dunia musik sudah dia tinggalkan sekitar 8 tahun, dan lebih aktif dalam dunia  seni rupa khususnya seni patung.

Ketertarikannya terhadap seni patung berawal ketika memasuki perkuliahan di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta (SR UNJ). Sebelumnya, ia lebih sering melukis atau drawing. Setelah jenuh, akhirnya memutuskan untuk beralih dan menekuni media patung. Bahkan pernah membuat  Pameran Perdana Seni Patung SR UNJ. Hingga pada akhirnya, seni patung lebih membuatnya merasakan kepuasan dalam berkarya dibandingkan ketika harus melukis atau membuat drawing. Karena baginya, secara visual seni patung dapat dirasakan dari berbagai hal secara nyata, baik dari bentuk, ruang, warna maupun teksturnya.

Dalam membuat patung, bahan-bahan yang biasa digunakannya bervariatif, dari mulai kayu, resin, styrofoam, sampai koran bekas. Waktu yang di butuhkannya dalam setiap pembuatan karya patung tidak bisa ditentukan, karena dalam setiap proses berkarya kapasitas karya yang akan di buat pasti berbeda, baik dari kesulitan maupun dari ukurannya, belum lagi ditambah dengan beberpa  kegagalan. Namun, jika dikerjakan dengan intens proses pembuatan satu karya patung biasa memakan waktu satu hingga dua bulan” ujarnya.

Proses pembuatan patung Kurt Cobain
Awalnya Ghenzoy lebih sering membuat karya patung dengan visual objek wanita dan beberapa karya lainya, serta membuat objek yang berhubungan denga kesukaannya. Namun, 7 (tujuh) karya terbarunya ini lebih mevisualisasikan objek yang berhubungan dengan “Kurt Cobain dan Grunge” dan ini adalah salah satu tema yang menjadi favoritnya dalam pengerjaan karya apapun.

Namun, kadang saya merasa gelisah dan khawatir. Biasanya kegelisahan itu datang ketika saya harus ikut merasakan bahkan memasuki rongga-rongga kehidupan Kurt Cobain yang penuh dengan permasalahan. Yang kadang mempunyai cerita kehidupan yang cenderung sama dengan apa yang saya alami, dan itu kadang membuat saya khawatir akan diri pribadi saya. Tapi sejauh ini apa yang saya rasakan masih mampu saya refleksikan secara positif, dengan memuntahkan segala kegelisahan dan kekhawatiran atau mungkin kebahagiaan saya melaluai media seni, khususnya seni patung..” Ghenzoy menceritakan kegelisahan pribadinya.

Patung Kurt Cobain karya Ghenzoy terpajang dalam salah satu pameran seni rupa.

Untuk kedepannya saya sangat berharap, semoga saya tidak berhenti sampai di sini  dalam menciptakan karya seni, baik seni patung maupun seni lainnya. Dari beberapa karya yang saya buat mudah-mudahan dapat dinikmati oleh semua orang, dan mempunyai kesempatan dipamerkan di Galeri-galeri seni, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Yahhhh.. syukur-syukur ada yang mau ngoleksi karya saya. Tapi yang paling penting itu tetap berkarya, berdoa dan berusaha dan jalani hidup dengan asa yang menggema dalam jiwa” demikian harapan pria berperawakan kurus dan berambut gondrong ini.

Saya akan merasa senang ketika saya mampu dan berhasil merefleksikan diri saya ke dalam karya-karya saya. Dan itu cukup mewakili perasaan pribadi saya. Untuk masalah karya gimanapun kondisinya kadang saya gak peduli, yang penting saya sudah merefleksikan perasaaan saya kedalam karya tersebut”. Imbuhnya. (Interview : YY. Photos taken from Ghenzoy's facebook)

Senin, 22 Juni 2015

Kebisingan Jalanan, Pertanyaan dan Latar Belakang

   "Jadi.. apa yang kalian lakukan sebenarnya.. mengapa kamu lakukan hal ini.. apa tujuannya"
demikian pertanyaan dari seorang Charles Esche menggugah nalar saya sore itu.

Saya bersama Charles Esche sedang mempresentasikan kebisingan jalanan yang saya sebut "Melawan Kebisingan Kota"

  
   
Grungee Jumping. Pertanyaan itu membuat saya berpikir, "what i'm really doing?", saya menikmati melakukannya, kebisingan-kebisingan yang saya lakukan bersama-sama teman, kami menyebutnya Melawan Kebisingan Kota. Kami selama ini melakukan karena senang, itu saja tanpa alasan atau penjelasan lain. Analogi untuk "melawan" yang selama ini kami gunakan, tentu saja itu nirmakna, bukan sesuatu yang urgen tentu saja.

   Dan pria bernama Benny Wicaksono, arek Suroboyo yang pada 2015 ini didapuk sebagai salah satu kurator Jakarta Bienalle 2015, dia yang mempertemukan saya dengan Charles, "penting.." itu katanya via sms. Saya dan Benny, beberapa kali kami pernah perform bareng dalam beberapa proyek kebisingan di Surabaya. dan itulah awal janji saya untuk bertemu dengan Charles Esche, direktur Van Abbemuseum, sebuah museum Seni Modern dan Kontemporer di  Eindhoven. Pria ini juga baru saja meraih penghargaan, the Best Curator Award, sebuah penghargaan bergengsi bagi para kurator seni seluruh dunia.

   "Tentang karya seni, saya lebih ke eksibisi.. apa yang hendak ditampilkan kepada publik" demikian jelas Charles, "jadi.. apa yang hendak kamu sampaikan dari melakukan kebisingan di pinggir jalanan?" "perlawanan.. fight fire with fire.." demikian jawaban saya sekenanya dan juga selama satu jam berikutnya, beruntungnya Charles lebih tertarik dengan benda-benda pembuat kebisingan daripada 'bualan' saya tentang seni, kebisingan, dan perlawanan.

   Dalam perjalanan pulang, saya tak berhenti memikirkan jawaban, apa yang sebenarnya saya cari, dan dua hari setelahnya akhirnya saya menemukan jawabannya, jawaban yang selama ini tak pernah saya sadari, tak pernah saya hiraukan... jawaban yang paling mendasar dari semua kebisingan yang saya lakukan lebih dari separuh hidup saya.

(YY)

Kamis, 11 Juni 2015

CORELATION | Bising di Ruang Sempit




CORELATION | Bising di Ruang Sempit
 14 Juni 2015
Blue Note Studio, Turen - Malang

 
Grungee Jumping. Sebuah  acara dengan mengambil tema "Bising di Ruang Sempit" digelar oleh komunitas grunge di Turen, sebelah selatan kota Malang.  

 Agus Yusi Trifirmanto biasa dipanggil Yusi, salah seorang panitia, mencoba mendefinisikan acara tersebut sebagai berikut, " CORELATION = KORELASI, maksudnya kita berharap, dengan adanya mini event total grunge ini,, bisa menunjukkan trend positif dan hasilnya bisa dinikmati. Hubungan Timbal-Balik dengan seluruh kalangan yang merupakan sebagian kecil impian kami agar karya kita bisa didengar. CORELATION  bisa juga merupakan singkatan dari, reCOrding, REunion, compiLAtion, regeneraTIon.
- Recording : event dalam ruangan /studio, tidak memungkinkan untuk dinikmati dalam bentuk visual, maka rekaman secara live, merupakan opsi, agar kreativitas dan  karya tetap terekam.
- REunion : berkumpul, adalah salah satu cara ampuh untuk menunjukkan komunitas kita ada. Dalam prakteknya, event ini, ketika satu band sedang perform dalam studio, band yang lain bisa berkumpul, share, dan sebagainya.
- compiLAtion : bahwa hasil dari record ini, akan disatukan dalam satu kompilasi. Tidak menutup kemungkinan, band yang sudah mempunyai record dan ingin andil dalam event ini, bisa mengirim filenya untuk disertakan dalam kompilasi.
- regeneraTIon : band baru, yang biasanya minder untuk perform di suatu event, bisa melakukan debutnya, melatih percaya diri, untuk support di acara yang lebih besar kedepannya".

 
Lebih lanjut mereka berharap, "Semoga dengan adanya event ini, komunitas grunge tidak akan JATUH, SAKIT, SEKARAT,MATI! Dengan BERISICK di ruang sempit, COME TOGETHER meREKAM JEJAK, Kita tunjukkan bahwa GRUNGE MAKES GOOD, NOISE IS ART, dan  KAMI TETAP ADA!" ungkap Yusi, menutup wawancara ini.


|interview by: YY



Denah menuju lokasi

Selasa, 19 Mei 2015

Review Acara : Untukmu Untuk Kita #8 Pesta Tahunan Komunitas Grunge Ibukota

Untukmu Untuk Kita #8
17 Mei 2015
Rossi Music, Fatmawati - Jakarta



   
Grungee Jumping. Minggu siang yang lumayan terik,sesuai rencana, saya berangkat naik metromini nomor 160 jurusan Pondok Labu - Blok M. Tidak lama, hanya sekitar 15 menit, saya sudah sampai pas di depan Rossi Music, tempat acara/gig"Untukmu Untuk Kita #8" digelar.

    Menuju ke loket, niat saya membeli tiket seharga Rp. 20.000,- pupus, uang saya dikembalikan oleh empunya gawe, si Ghayoung Jangan Syirik, sempat otot-ototan, supaya diterima, tapi.. yaah sudahlah, saya harus berterima kasih mendapatkan tiket gratis plus all access area.


   Beberapa band terdengar sudah check sound, band pembuka mulai menggeber lagu-lagunya, lagu sendiri maupun cover, diantaranya cover dari Navicula Metropolutan".

   Saya kembali berjumpa beberapa kawan lama, bereuni sambil menikmati suasana "Grunge" yang sangat khas itu, teringat salah satu dialog dalam komik lawas "Storm" yang mengatakan "Jaman boleh berbeda, tempat boleh berbeda, namun ada yang tak pernah berubah dalam suatu rombongan sirkus, yaitu aromanya".

 
dari kiri ke kanan: Yoki Patkay (The Kucruts/Mesin Cuci), Regie Pramana (Arc Yellow), Dimz (Brugg), YY (Klepto Opera/Penulis), Liman (Nifas), Marko (Koma/Marigold)



   Selepas magrib, tiba saatnya penampilan band-band yang memang saya tunggu. Ada Marigold, ShockBreaker, Brugg, Northside, Toilet Sounds, the Kucruts, Pait Kacida, Daily Feedback, Besok Bubar, dan masih banyak lagi.

   
the Kucruts



Marigold

   Saya suka sekali penampilan ShockBreaker, ada kemeriahan suasana ala pasar dan terminal di sana, seperti kerumunan para sopir pantura yang dibalut musik keras, sangat grunge Indonesia sekali. Semua bersenang-senang.

   The Kucruts mengcover Sonic Youth, dan disambung dengan kawan lama saya band Brugg dari Semarang, ya kami pernah satu gig dahulu sekali, tahun 2002 di Madonna cafe jalan Sabang, Jakarta. Dan ini adalah formasi reuni mereka setelah kembali, mereka membawakan sekitar 4-5 lagu, diantaranya Mudhoney cover "Suck You Dry". Penampilan mereka masih see-energik yang saya kenal dahulu, dan merchandise mereka juga sungguh ajaib: CD, Sticker, Kaos plus sebotol Congyang!.

Merchhandise Brugg


   Tiga jawara, Toilet Sounds, Daily Feedback, dan Besok Bubar, menutup riuh rendah pesta pora tahunan anak-anak grunge Jakarta. Toilet Sounds seberapapun berubah musik dan performanya, mereka tetaplah pahlawan masa muda saya.

Selepas acara, semua berpamitan dan saya ditemani Amar Besok Bubar, kami mengobrol tentang banyak hal di parkiran depan. Saya berpikir, Jakarta sungguh beruntung mempunyai banyak orang yang bermental militan yang masih mau berkecimpung memikirkan tentang komunitas dan perkembangan grunge. |YY.

Selasa, 12 Mei 2015

Review Acara: Grunge Kick's Unplugged

Grunge Kick's Unplugged
10 Mei 2015, +Manatree House Cafe


  
Grungee Jumping.  Setelah chit-chat-chut sama Regie Arc Yellow, akhirnya, oke saya bisa mendapat tumpangan gratis ke acara. Tak sampai 30 menit, dari 50 menit yang dijanjikan bakal sampai, Regie sudah di depan saya, sedikit celingukan untuk memastikan, karena dia pake masker dan rambutnya tidak segondrong tiga tahun lalu, saat terakhir kami berjumpa.
   Sambil bereuni sepanjang perjalanan, tak terasa kami sudah sampai di acara, di sebuah coffee house bernama Manatree. Disana sudah ada para panitia acara, Wie, Sarah, Boby, dan Ayub (Maaf kalo salah mengingat nama). Pemutaran film dokumenter Kurt Cobain yang terbaru Montage of Heck sedang berlangsung didalam. Sayapun bergabung karena memang belum pernah sempat nonton filmnya.
   Sebelum film selesai diputar, panitia memberitahukan bahwa acara akan dimulai, dan film sementara distop, untuk dilanjutkan diakhir acara.
   Band pembuka Cament diatas panggung, menyanyikan tiga buah lagu mereka sendiri. Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan Coburn, oke saya sudah lama mendengar tentang Coburn, saya punya CD mereka, namun baru kali ini melihat penampilan langsung mereka, bahkan tanpa pemain bass sekalipun yang datang terlambat dan menyusul di satu lagu terakhir, penampilan mereka membuktikan kelasnya, matang.
   Selanjutnya adalah yang saya tunggu, Arc Yellow, perfect, tanpa basa basi yang tidak perlu, mereka membawakan lagu-lagu sendiri, ada yang saya kenal namun kebanyakan lagu baru. Penampilan mereka keren, meskipun tanpa personil lengkap.

Arc Yellow

   Selanjutnya berturut-turut tampil, ada Boneka, The Kill, Wajik, Solidair dan Morning Shine.. ya, Morning Shine! akhirnya bisa melihat penampilan langsung band ini, liar, kompak, raw, dan.. luar biasa..

Morning Shine
   Acara ditutup sempurna oleh band Kamar Busuk, saya suka sekali waktu mereka mengcover Smell Like Teen Spirit dengan nuansa yang sungguh berbeda. Ada Ferza Gugur Bunga yang membantu posisi gitar disana.
   Pukul 10 malam, acara yang dipandu oleh trio MC: Ayub, Dilla, dan Agus ini berakhir. "Ini akan berkelanjutan" begitu kata Wie, penyelenggara acara ini saat melepas lelah, penat namun tampak puas.
   Pukul 11 malam saya diantar balik oleh Regie, seporsi nasi goreng jerohan, merupakan closing ceremony yang sempurna menyelesaikan hari itu. (YY)

Minggu, 12 April 2015

KENYAMANAN DALAM GRUNGE.. KESALAHAN-KESALAHAN DAN KETIDAK SEMPURNAAN YANG SUNGGUH MANUSIAWI

Grungee Jumping. Tulisan kali ini sungguh personal, opini pribadi saya, tanpa tendensi bahwa apa yang saya sampaikan harus di-amin-i, karena ketika kita sudah memilih "grunge" maka kita pastilah menemukan suatu filosofi yang akhirnya melekat pada jati diri kita.

bahwa grunge tidak gahar.. justru itulah letak kerennya! bahwa grunge terkucil.. justru itu letak kerennya.. bahwa grunge tidak besar.. justru itu kerennya! bahwa grunge tidak keren.. justru itu letak utama kerennya!!

grunge pernah besar.. sekali! suatu waktu di periode 90an (beruntunglah orang-orang yang mengalaminya).
dan kemana orang-orang, audience sebegitu banyaknya, berjuta orang yang memakai baju flannel, celana dan sepatu belel, kemana mereka? HILANG! mereka hanyalah anak-anak penanda jaman, sama seperti halnya sekarang membeludaknya anak-anak di genre musik lain yang selalu berganti-ganti trend. berjuta orang ini adalah penikmat, mereka bukan pelaku, sehingga ketika mereka menghilang berganti trend, maka yang tersisa hanyalah para pelaku scene, yang jumlahnya sedikit, stagnan, jumlahnya tidak berubah, tidak berkurang-tidak bertambah, mereka hanya berganti orang, beregenerasi. itulah sedikit perkiraan mengapa scene grunge tidak lagi bisa membesar, karena hanyalah kumpulan para pelaku, perhatikanlah setiap gig grunge yang kalian datangi, berapa jumlah penonton/penikmat murni setelah dikurangi jumlah band (termasuk keluarga, crew, pacar personil dll) segelintir. pergilah ke gig sekitar tempat itu, apa yang kalian dapati? orang-orang yang sama lagi yang datang.

bagaimana cara meraih audiens sebanyak era 90an, tidak akan bisa, tapi setidaknya kita bisa menambah jumlahnya sedikit-demi sedikit dengan cara mengenalkan KESEDERHANAAN, KETIDAK SEMPURNAAN dalam grunge. ini adalah cara pemberontakan paling nyaman, pemberontakan dari diri kita sendiri, mari kita tidak berhenti mengenalkan bahwa dari sudut pandang tersebut, disitulah letak kerennya grunge.

ketika menulis ini, tiba-tiba saya teringat tentang video unplugged Nirvana, ketika Meat Puppets mengambil alih gitar, mereka terlalu lama nyetem sehingga Kurt Cobain mencandai dengan sinis, "apa sih yang sedang kalan tune? harpa? aku pikir kita ini band rock besar, harusnya punya sederet  gitar cadangan di belakang"
mana ada? mana ada musisi rock ternama yang ber-attitude seperti itu, mereka tidak meng-cut, tapi membiarkan video tersebut, sungguh ketidak sempurnaan yang keren, karena kita manusia.



atau juga saat Alice In Chains lupa lirik di lagu "Sludge Factory" dan mengumpat.. mereka membiarkannya begitu saja tanpa harus repot-repot menjaga image rockstar:



atau ketika label grunge terkemuka menggelar pesta ulang tahun akbar ke 25 yang mereka namakan Silver Jubilee dengan tema parodi pesta ulang tahun ala kerajaan.


untuk mempromosikan acara tersebut mereka membuat trailer yang berisi testimoni atau "petuah" dari para sesepuh grunge Seattle antara lain Kim Thayil, Tad Doyle, Mark Arm, dan Jack Endino.
dimana, dalam trailer "resmi" tersebut suara mereka banyak yang tenggelam dalam hiruk pikuk dan bisingnya jalanan kota Seattle. Alih-alih take ulang demi kesempurnaan iklan tersebut,mereka membiarkannya begitu saja. membiarkan hal tersebut ditonton berjuta orang diseluruh dunia, sungguh hal yang aneh di dunia entertainment bisnis yang bisa merusak citra, tapi orang-orang seperti saya akan bersorak "yeeaahhh inilah grunge!"

Justru dalam ketidak sempurnaan dan kesederhanaannya itulah nampak jati diri grunge yang sesungguhnya, lepas, bebas.
Inilah wajah grunge ketika menampakkan dirinya kembali ke dunia, dengan apa adanya, tanpa polesan atas permintaan bisnis hiburan.  fuck pencitraan!





Jumat, 10 April 2015

Klepto Opera Berkumpul Untuk Merekam Materi Baru


  
Grungee Jumping. Tiga orang yang tersisa dari personil lama Klepto Opera (YY, Tommy, Ejipt) memutuskan untuk berkumpul kembali, dan merekam materi-materi lagu yang selama ini belum sempat terekam.
    Beberapa single yang telah siap dan pernah dimainkan di panggung, diantaranya berjudul "Menggilas Dunia", "Tenggelam Kita Bersama (Semua)", dan satu lagu untuk mengenang almarhum Benny Vokalis mereka yang telah meninggal dunia pada Oktober tahun lalu berjudul "Ode Untuk Yang Tersisa".
     Pada formasi kali ini, Klepto Opera mulai menggunakan vokalis baru yang sampai saat ini masih dirahasiakan identitasnya.


Kamis, 26 Maret 2015

GELAGAT BURUK REMAJA III; Ketika Soundscape Berpadupadan Dengan Seni Kejadian

"Mamah.. mamah.. aku kenapa mah? kamu ndak papa paahh.. kamu hanya kurang noise" production, present :

GELAGAT BURUK REMAJA III; Experimental Private Club
24 Maret 2015, 18.00-21.30 WIB

Bersama :

* ArtMosf
* Theo Nugraha
* Noise Brut
* PolutionXDistortion
* Digital Musrik
* Klepto Opera
* Sebelum Masehi
* Dominasi Kapitalis
* University of Roof Market

Grungee Jumping. Gelagat Buruk Remaja III kali ini, kembali ke fitrahnya semula menjadi gig eksperimen yang sangat privat, dimana hanya mereka yang berkemauan kuat dan mempunyai ketertarikan tinggi terhadap seni eksperimen yang bisa menghadiri acara tersebut.

Kali ini, eksperimen suara "anak-anak nakal" dihadiri dua tamu dari luar kota yaitu Artmosf dari Muaraenim, Palembang dan Theo Nugraha dari Samarinda, yang memberi nuansa baru terhadap sound-sound Surabaya yang urakan dan liar.



Artmosf, menyuguhkan gaung yang memenuhi atmosfir ruangan, eksperimen akustik yang sempurna.

Gig ditutup dengan seni kejadian yang benar-benar mengejutkan dari the one and only NOISE BRUT! Menampilkan seseorang yang dari awal hingga akhir penampilan berdiri di atas tulisan "Silent" dan memandangi jam tangan, berdiri mematung. Sementara endingnya adalah humor sarkastik dari salah satu personilnya yang meneriakkan "Mamah.. mamah.. aku kenapa mah? kamu ndak papa paahh.. kamu hanya kurang noise" berulang-ulang, sampai klimaks.. shit! banyak dari kami pulang dengan tertawa mengingat itu (YY).