- Scene atau komunitas grunge tumbuh berkembang seiring dengan pengaruh musik-musik alternative yang di tayangkan televisi-televisi swasta waktu itu. Trend alternative begitu luas mencakup hampir semua golongan anak muda menjadi penanda jaman para generasi 90an. Dan seiring dengan meredupnya trend musik rock alternative, diakui atau tidak, membuat scene alternative terutama subnya bernama “grunge” ikut meredup. Ada memang.. namun kecil dan bersifat konstan, generasi hanya berganti, orang-orangnya berganti.. namun scene tetap pada jumlah yang konstan. Mengapa scene ini begitu susah berkembang, tidak seperti punk, hc, atau metal? Berikut opini dari beberapa teman yang saya rangkum menjadi sebuah diskusi wacana.
- Menurut Hendra Adytiawan aka Adith Arpappel, “kita mulai dari kenapa scene grunge susah untuk maju bisa jadi karena temen2 grunge sendiri bangga akan sosok idola mereka..dan mengcover habis2an lagu2 mereka (idola) sampai2 lupa untuk membawakan lagu mereka,dan bebrapa kali saya amati gigs grunge mereka cenderung meniru hal2 negatif bukanya meniru hal yg positif.. Seperti genre punk,hc,metal mereka bangga membawakan krya mereka..dan kurangnya rasa suport band lokal menjadi kendala tersendiri,juga banyaknya orang di dalam grunge sendiri yang banyak omong tapi tidak ada hasilnya..berbangga lah terhadap karya mu sendiri..grunge menurut saya adalah. Genre yang lahir di era 90an..dan percaya siklus itu bakal kembali lagi”.
- Tedjohns
Diorama's Comrade dari komunitas semarang berpendapat, “kalo
menurut saya (dan mungkin berlaku di scene di tempat saya tinggal), musik grunge
(khususnya nirvana) cenderung jadi musik pembelajaran bagi yang baru
pertama kali mengenal dan belajar musik, belajar ikut / membuat komunitas
dan belajar mencari jatidiri. tidak munafik, saya pun mengalaminya..
mengapa scene grunge tidak bisa berkembang / tidak diperlombakan di era2 sekarang? karena grunge belum saatnya jadi industri (lagi) seperti kedigdayaan genre rock alternatif yg berjaya di era 90an dimana kampus2 mengadakan gig dengan lagu wajib band alternatif atau mendatangkan bintang tamu grungster lokal. dan sekali lagi, saya juga sempat mengalaminya.."
Senada, namun tidak sama persoalan generasi ini diungkapkan oleh Krisna Widiathama (SodaDosa) “menurut apa yang saya amati, terutama di Indonesia. Selalu ada kecenderungan untuk mengikuti trend, katakanlah spt sekarang banyak bermunculan band2 dark crust/ dark hc, sludge dsb dan klo kita liat orang2nya ya dr scene HC yang lbh dulu ada, ketika di luar sana media mulai mem blow up musik2 spt itu. Disini pun mengikuti.”
·
Lalu apa, atau tepatnya kenapa di scene grunge sendiri tidak bisa seperti itu? Menurut Rizky Starsick (BlokG), ”Jika kita berbicara tentang scene,..garis besarnya adalah kembali dari orang" di dalam satu perkumpulan itu sendiri.
Di dalam komunitas pasti mempunyai misi,visi yg setiap kepala A, kepala B,C,D..mempunyai berbagai opsi juga argument yang pastinya akan di saring melalui musyawarah.
Lantas kenapa kita (grunge) tidak bisa seperti komunitas lain?
Kembali lagi ke orangnya tersebut, bagaimana cara memahami komunitas, bagaimana cara berkomunitas,totalitas juga bentuk support yg positive..
Sebenarnya komunitas lain tidak jauh beda dengan bendera kita, sama" mempunyai misi,visi,wadah untuk menyampaikan pesan melalui musik dan tentunya dg argument yg berbeda pula.
Mungkin ada yg sedikit berbeda dari kita (personal)..perbedaanya cara penyampaian tutur kata,cara menyikapi suatu masalah,cara mencari solusi bersama.
Nah, yg paling rawan di era sekarang adalah,konflik yg seharusnya bisa di bicarakan secara santai yg skalanya kecil dalam sekejap bs menjadi besar. Kenapa seperti itu?
"Situs jejaringan sosial" tanpa adanya filter menurut saya pribadi inilah faktor utamanya, faktor kedua "over konsumsi" bahan kimia,alkohol,dan beberapa lainya yg bs mempengaruhi pikiran jernih paa remaja era sekarang, faktor ke tiga misi perorangan itu sendiri di dalam komunitas (misi untuk komunitas,scene,band,nama pribadi atau komersil) yg bisa berdampak kurang solid bahkan bisa lebih dari itu, lalu sisanya pendewasaan diri juga pencarian jati diri dari orang tersebut beserta penyalah gunaan nama komunitas yg arah tujuanya menjadi sebuah gank, dan kasus ini bukan hanya di komunitas grunge saja.
Lalu apa, atau tepatnya kenapa di scene grunge sendiri tidak bisa seperti itu? Menurut Rizky Starsick (BlokG), ”Jika kita berbicara tentang scene,..garis besarnya adalah kembali dari orang" di dalam satu perkumpulan itu sendiri.
Di dalam komunitas pasti mempunyai misi,visi yg setiap kepala A, kepala B,C,D..mempunyai berbagai opsi juga argument yang pastinya akan di saring melalui musyawarah.
Lantas kenapa kita (grunge) tidak bisa seperti komunitas lain?
Kembali lagi ke orangnya tersebut, bagaimana cara memahami komunitas, bagaimana cara berkomunitas,totalitas juga bentuk support yg positive..
Sebenarnya komunitas lain tidak jauh beda dengan bendera kita, sama" mempunyai misi,visi,wadah untuk menyampaikan pesan melalui musik dan tentunya dg argument yg berbeda pula.
Mungkin ada yg sedikit berbeda dari kita (personal)..perbedaanya cara penyampaian tutur kata,cara menyikapi suatu masalah,cara mencari solusi bersama.
Nah, yg paling rawan di era sekarang adalah,konflik yg seharusnya bisa di bicarakan secara santai yg skalanya kecil dalam sekejap bs menjadi besar. Kenapa seperti itu?
"Situs jejaringan sosial" tanpa adanya filter menurut saya pribadi inilah faktor utamanya, faktor kedua "over konsumsi" bahan kimia,alkohol,dan beberapa lainya yg bs mempengaruhi pikiran jernih paa remaja era sekarang, faktor ke tiga misi perorangan itu sendiri di dalam komunitas (misi untuk komunitas,scene,band,nama pribadi atau komersil) yg bisa berdampak kurang solid bahkan bisa lebih dari itu, lalu sisanya pendewasaan diri juga pencarian jati diri dari orang tersebut beserta penyalah gunaan nama komunitas yg arah tujuanya menjadi sebuah gank, dan kasus ini bukan hanya di komunitas grunge saja.
Berbicara tentang
grunge...sudah pasti tak luput berbicara tentang gigs, dan jika berbicara
tentang gigs lalu di perbandingkan dengan komunitas lain, ya..grunge bisa di
katakan kehilangan masa jayanya dulu, namun tetap..tetap solid, tetap bergelut
menciptakan nada" baru lalu menghasilkan animo baru meskipun dalam lingkup
yg kecil”.
- Ivan StupidZero berpendapat, “sangat sedih banget jika membayangkan ini hanyalah sebuah kontes mirip miripan band dari seatle sound,yg semua nya serasa seperti harus mengikuti apa yg menjadi patern yg telah di wariskan para pendahulu di seatle sana.kesalahan kita adalah,menyatakan kita grunge tapi sambil melirik gaya ber pose nya kurt misalnya,menancapkan jack gitar dengan semangat,dan berharap dari amplifire mereka akan keluar nada nada keren serupa breed,dan mencoba bernyayi dan berharap kurt memberkati kita...wtf?ini tidak grunge menurut saya...ini ketololan yg paling lama yg di adopsi terus terulang sejak cerita ini bermuara...setali dengan yg saya ceritakan di atas,kita tau,sangat banyak varian dari metal(liat aja di youtube kalo gak mau susah mikir)punk dan lain sebagainya.mereka tidak pernah risih jika di dapati musik metal hanya di mainkan pada tempo 50bpm dan musik punk di mainkan dengan irama sinth,jimbe bahkan gamelan sekalipun.dan mereka masih di elu elukan sebagai band yg mewakili generasi nya.kalian tau lah ya,kemana maksud saya....Kami dulu juga pernah kok gaya gayaan,misal nya kita harus punya nama untuk sebuah tongkrongan baru,dan itu harus terlihat keren,dan orang orang yg berada di tongkrongan kita harus setidak nya punya musik gak jauh beda dengan kita,ini yg saya analogikan tentang grunge ini bermula,dan tiba tiba menjadi besar,sebesar nama2 aliran yg pernah mereka kenal dulu,dan dunia pernah membicarakan nya,dan beberapa perangkat musik mengenali grunge sebagai bagian dari sebuah penggambaran sound dan menamakan nya sebagai sebuah susunan bebuyian yg bisa jadi di sepakati,dan di amini sebagai bentuk oleh kita bersama,di belahan dunia manapun,dan bahkan seorang penulis buku kebanggan saya juga dengan sangat bangga nya menyatakan,grunge adalah musik yg pernah membesarkan nya,pernah menjadi bagian kesenangan muda nya.dan bahkan mengejar artefak grunge hingga ke musium musik ‘’hall of fame di cleveland’’ ,(ssttt...di musium ini tidak ada gitar mosrite gospel kidal yg sering di pake kurt).dan bagi saya,terlalu kejam jika ini hanya di anggap sebagai sebuah era.di mana era musik di gambarkan di tahun 90an,saya tidak bisa membayangkan,dan maaf,grunge ini (seharus nya menjadi)musik pintar,hanya di mainkan oleh orang2 yg mengerti kejiwaan yg dalam(bangga dong)’’,bukan dari anak2 muda labil,dan grunge saat ini belum menjadi musik pintar yg saya maksud(secara massa),dan saat itu akan datang,bukan di pembahasan kali ini,mungkin di saat nanti,setelah saya,kalian,menjadi tua,dan tak ada”.
- Trimbel (STYLEGRUNGE) menambahkan, “mereka kira kurt cobain itu ngawur padahal karya kurt itu bebas, bukan ngawur, kalau karyanya bagus (bagus itu bebas jujur) bukan ngawur (menipu diri menjadi agar seperti kurt misalnya) ya jadi ga bagus, grunge pada masa itu besar karena menurut saya mampu menciptakan gaya, bukan meniru gaya..”
- Kang Ojel Krojel menanggapinya dengan melihat musikalitas grunge
itu sendri. ”Alasan kenapa grunge (berikut lo-fi, noise rok, experimental,
dan "saudara2 sepupu" lainnya) tak sebesar dan seprogresif punk,
HC, dan metal adalah: karena musik grunge cenderung "rumit" dan
"berat" (walau tak semua) bagi orang yang telah terbiasa akan
punk-hc-metal. Hentakan2 lagu2 band grunge tidak seagresif dan semaskulin
musik punk-hc-metal; sementara di pihak lain, anak2 muda lebih tertarik
pada hal-hal yang lebih liar dan (dalam pikiran mereka) lebih jantan.
Saya menganggap bahwa musik punk-hc-metal justru kini, terutama di tanah air, sudah jadi budaya subkultur yang ngepop--pop dalam bungkus yang terkesan gahar dan penuh teror--yang digilai remaja dan anak muda yang mencibiri pop dalam bungkus yang paling populer. Mereka yang paham dan doyan musik metal akan tetap mengernyitkan kening mendengar alunan dan tempo musik Melvins (saya die hard fan mereka, lho, hehe) yang justru dipengaruhi Black Sabbath, Kiss, Alice Copper (dan juga punkrok awal 80-an). Di sini, apa yang disuguhkan King Buzzo dkk ternyata justru anti-metal dan anti-maskulin.
Dan jika "grunge" sebuah era musik, maka tak perlu heran jika perusahaan rokok raksasa enggan mensponsori acara musik yang berlabel "grunge". makanya, grunge dewasa ini seolah menjadi eksklusif dan "antagonis".
Ini point interest pertama yang saya coba fokus: GENERASI.
Krisna Widiathama Mengisahkan tentang
hal ini, “aku jd inget 8-9 thn lalu waktu musik eksperimental rame di jogja.
semua itu ga lepas dr peran senior yg mengajak junior2nya untuk do something,
dlm hal ini ada seek six sick, waktu itu aku msh di black ribbon. sekarang
ketika org2nya sudah lepas kuliah dan banyak yg merantau keluar kota, mengurusi
hidup, berkeluarga dll band2 yg dulu aktif mulai hilang satu2. yg lumayan bertahan
ya zoo itu.. itu juga yg aku lakuin sekarang sm noise, ketika aku ngeliat nama2
baru ky asangata, bangkai angsa, dll. aku ajak, dan ternyata responnya bagus..”
“merindukan anak2 grunge yg memenuhi
lapangan ngumpul di pojok perempatan dll di era sekarang? mmmm.. sepertinya kok
era sudah sangant berubah seiring perkembangan gadget dan entertainment yg
masif mengintimidasi generasi muda masa kini.. mereka lebih 'bangga'
mengunjungi gig dengan dominasi warna hitam dan fontase akar belukar, daripada
gig grunge(yang ekspektasinya murahan), mereka lebih suka mengunjungi tempat karaoke
dan mengunjungi pub dan lain-lain.” Ungkap Tedjhons.
Apakah Grunge hanyalah Era? Jika bicara masalah generasi, kita bicara masalah era, dimana sebuah generasi mencapai kejayaannya. Generasi 60an,70an,80an,90an, hippies, punkrock, disco,alternative...- A-L-T-E-R-N-A-T-I-V-E.
Generasi tahun 90an adalah generasi rock alternative, dimana dia adalah sebuah sub dari rock itu sendiri. Dan dari sub alternative itu sendiri melahirkan banyak peranakan yang diantaranya GRUNGE, yang dihembuskan begitu kuat dari Seattle. Tetapi apakah GRUNGE sendiri adalah genre? Itu yang jadi pertanyaan. Ataukah dia hanya sebutan bagi SEATTLE HEASER yang memainkan SEATTLE SOUNDS? Ghodhays Barakcuda dari komunitas Lenteng Agung Jakarta, beropini bahwa, “Jika grunge adl sbuah era, tidak mungkin pd th 2009 sya bru kenal kata grunge, dan itu ada ( bukan generasi tp baru ), mungkin bisa disebut 'era' namun pd saat itu saja (masa kejayaan). Jk melihat sekarang (lokal), mungkin grunge hanya sbuah scene, dan bukan genre, dalam arti band2 lokal yg merasa bergenre grunge, saat mereka besar/perfom dlm sebuah acra yg berkomersil tinggi, jarang menjati dirikan 'gue band grunge' mungkin lebih ke rock, alternatif ato lainnya, dan pd saat pure acra grunge, baru ia mengakui 'gue band grunge' karna apa, keadaan ini seperti kedaan berpolitik, mencari masa kasarnya!dan polemik ini yg menjadikan kebosanan tersendiri pd seberapa orang. Untuk perkembangannya sendiri mungkin stagnan pd saat ini dan seperti ini, karna apa? Kita sama2 ingin tampil, tp tdk saling memopong, membuat sbuah apresiasi hanya sebatas guyonan semata dan brsensasi. Keberadaanmya pun secara tdk langsung, tdk diakui. Dan ini yg membuat promotor2 dan sponsor enggan mengangkat event grunge, karena kembali lg ke politik komersialnya, (harga jual), besar pasak atau tiang untuk promotor itu sendiri. Intinya mungkin grunge skarang hanya sebuah komunitas berdasar band.”
- NoelMinoriten (Kezia) berpendapat, “yg pasti yg namanya brhubungan dgn grunge pelan2 membosankan..justru bumbu2 (entah genre lain,budaya lain,dll) yg bkin grunge bs trselamatkan..grunge itu cuma alternative dari musik yg dtawarkan oleh para band2 seattle akhir 80an dan awal 90an mnurut sya..mnrut sya grunge pnya definisi sndiri: "silahkan terjemahkan dgn bebas ap it grunge" .itu definisinya mas...entahlah mas,sya lbh nyaman dgn sbutan alternative..kalau soal maju ato tdk skena/genre in,sya krg paham tp buat sya sndiri krn bosan dn musik yg dblang "grunge" it gtu2 aja n kgk brani beda..main d zona zaman trus..”
Apakah Grunge adalah genre musik? Karena apabila GRUNGE adalah genre musik, maka keberadaannya akan ter-regenerasi secara kontinyu bagi para penikmat musiknya. Dan untuk menjadi sebuah genre, maka diperlukan patokan/baku terhadap bentuk musik itu. Apakah grunge mempunyai bentuk baku? Saya rasa tidak. Mungkin sebagai musik, bukan gaya hidup, punk punya, hc punya, metal punya, namun grunge tidak.
Ini saya rasa yang terjadi. Apabila grunge hanyalah sebuah era kejayaan dari generasi 90an, maka dia hanya akan mendapatkan respon massa berupa: PECINTA SETIA, seperti yang dialami oleh generasi pecinta The Beatles, The Doors, Elvis Presley. Keberadaannya eksis, nampak, bergerak, namun pada angka yang statis dari tahun ke tahun.
Kita hanyalah pecinta setia terhadap Nirvana, Pearl Jam, Alice in Chains, Hole, SoundGarden, Melvins, dan band-band sejenis.- Mbah Puji Pistols seorang sastrawan senior dari Pati berkomentar, “grunge ya filosopi life style yg d besarkan pada masanya , darisudut pandang manapun bisa...”
Mirantie Boreel (MUSHAFEAR) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, “Kalo memang "grunge" hanyalah sebuah masa kejayaan generasi 90an, kenapa gak dilanjutkan. Yg saya amati dunia musik akhir-akhir ini, apapun yg bukan grunge, gak rame hehe.. rame sih, kl kita berbicara massa punk, meta, hc dll massanya memang buaaaanyaaaak! Nah kita lihat contohnya dari punk yg dulu dianggap hanya movement yg ngetren dari britania raya. Lalu movement punk berkembang dan masuk ke indonesia yg generasi awal punk di jakarta cuma tau punk dari kaset2 sex pistols (baca : generasi young offender). Lambat laun pergerakan punk mulai dikenal luas sampai ke kota2 besar indonesia lainnya. Mas YY udh pasti tau selama proses itu komunitas punk secara intens menggelar acara, dari kecil-kecilan sampe bisa gede-gedean. Band2 punk lokal banyak yg bisa sejahtera tanpa harus membongkar kaidah punk, yaitu tetap menggunakan falsafah d.i.y.
Nah dgn mengamati semua itu saya jd berkesimpulan sebetulnya grunge bisa mencontoh hal serupa (Lagipula memang gak jauh beda). Dan cara ini pula yg diadaptasi para pengusung Seattle Sound dlm memberontak musik2 monoton di pacific northwest. Itu pergerakan, semua berawal dari movementnya. Jadi menurut saya grunge bukanlah genre dan bukanlah masa kejayaan generasi 90an belaka. Grunge itu sebuah pergerakan. Kalo pengikut-pengikutnya mau lbh intens berkarya bukan hanya wacana, mau lbh banyak manggung & bikin acara, mau bersikap profesional dlm movementnya maka di era apapun grunge akan selalu bisa berjaya hehehe yahhh jd intinya mah perbanyak karya, tetap produktif, tetap intens bergerak utk grunge.”
Mufti Amenk
Priyanka seniman multi talenta sekaligus motor dari band A Stone A mengakhiri
diskusi ini " saya sepakat untuk pengalihan 'istilah' grunge menjadi sebuah
era untuk dijadikan penanda zaman kedepannya. Basis yang paling global adalah
bisa dikatakan sebuah movement yang dekat dengan kultur musik rock alternatif.
Karena bagi saya manifesto 'Grunge' itu sendiri adalah eksperimentasi cara
pandang berekspresi dengan lugas lewat gayanya sendiri dan memanfaatkan
semangat alternatif ". yang ditandaskan oleh Ed Mirrork dengan kata-kata yang
saya sukai, “Saya pribadi lebih suka musik minoritas, musik 90an adalah era. 90an adalah akhir revolusi musik rock!”
Tidak ada yang benar atau
salah dalam diskusi ini, semua benar berdasar pada sudut pandang masing-masing,
dalam berwacana demi menumbuhkan sikap kritis bagi perkembangan scene menuju ke
arah yang lebih pintar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar