Noise adalah seni?
oleh Tokoh Antagonist pada 15 Oktober 2011 pukul 3:17 ·
“keindahan
adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan
kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.”
(Immanuel Kant)
Jika kita berbicara tentang Noise, apa yang terlintas pertama kali? Bising, ribut, dan sesuatu yang menggangu indera pendengaran. Pertanyaannya, mengapa kita melakukannya? Atau, mengapa orang melakukannya? Lebih jauh, mengapa orang dengan senang hati menonton performance noise artis? Tidak cukupkah dalam keseharian, telinga kita dijejali keberisikan dari suara lingkungan sekitar?
Jumlah noise artis dari hari ke hari makin berkembang, dengan makin diterimanya “music” ini bagi pendengaran scene-scene pemberontak. Jumlah penggemarnya juga bertambah.
Secara terminology dan teori, saya sendiri tidak hafal di luar kepala mengenai noise itu sendiri, semacam: apakah itu dan bla..bla..bla dark ambient, harsh, tape alchemy, psychedelic noise, out/free jazz, mook, murk, lo-fi mung, industrial, free skronk, acid sludge atau hal-hal hapalan semacam itu. Tetapi saya melakukannya, saya senang melakukannya. Dan saya tidak tahu apakah jawaban dari “mengapa?” bagi saya, sama dengan jawaban bagi pertanyaan yang sama untuk orang lain.
Apa sih yang menarik dari keributan feedback, distorsi, peralatan-peralatan aneh, dan sebagainya? Itulah seni! Seni adalah sesuatu yang bisa menimbulkan berbagai asumsi dan argument yang berbeda bagi banyak orang. Sikat gigi adalah sesuatu yang biasa saja, dan tidak menarik perhatian. Tetapi jika kita menaruh sikat gigi tersebut di trotoar dalam posisi berdiri, terus dikelilingi dengan coretan kapur, dan garis polisi, maka dia akan menarik perhatian dan pendapat banyak orang yang melewati tempat tersebut. Sebagai seni, noise mempunyai tingkat ke”misterius”an tersendiri yang hanya bisa diungkap oleh pelaku dan penikmatnya itu sendiri. Sebagai sebuah ekspresi dan pernyataan sikap, noise adalah kebebasan mutlak, dimana kita tidak harus “dibentuk” oleh nada, bunyi, dan partitur-partitur. Spontanitas saat performance, adalah sebuah pelepasan energy buruk yang menggantung dalam kehidupan sehari-hari, semacam berteriak sekuat tenaga dari atas lembah, kemudian pergi meninggalkannya, saat gaung masih keras bergema.
Sekali lagi, saya tidak tahu, apa yang orang-orang sukai dari Keberisikan yang disebut Noise tersebut. Saya melakukannya, hanya karena senang tidak harus begini begitu, sesuatu yang diharuskan jika tergabung dalam suatu band, saya senang tidak harus menuruti audiens, dan saya senang dengan kenyataan, bahwa apa yang saya lakukan tersebut memuakkan dan sangat menggganggu bagi orang-orang yang saya benci. (YY)
(Immanuel Kant)
Jika kita berbicara tentang Noise, apa yang terlintas pertama kali? Bising, ribut, dan sesuatu yang menggangu indera pendengaran. Pertanyaannya, mengapa kita melakukannya? Atau, mengapa orang melakukannya? Lebih jauh, mengapa orang dengan senang hati menonton performance noise artis? Tidak cukupkah dalam keseharian, telinga kita dijejali keberisikan dari suara lingkungan sekitar?
Jumlah noise artis dari hari ke hari makin berkembang, dengan makin diterimanya “music” ini bagi pendengaran scene-scene pemberontak. Jumlah penggemarnya juga bertambah.
Secara terminology dan teori, saya sendiri tidak hafal di luar kepala mengenai noise itu sendiri, semacam: apakah itu dan bla..bla..bla dark ambient, harsh, tape alchemy, psychedelic noise, out/free jazz, mook, murk, lo-fi mung, industrial, free skronk, acid sludge atau hal-hal hapalan semacam itu. Tetapi saya melakukannya, saya senang melakukannya. Dan saya tidak tahu apakah jawaban dari “mengapa?” bagi saya, sama dengan jawaban bagi pertanyaan yang sama untuk orang lain.
Apa sih yang menarik dari keributan feedback, distorsi, peralatan-peralatan aneh, dan sebagainya? Itulah seni! Seni adalah sesuatu yang bisa menimbulkan berbagai asumsi dan argument yang berbeda bagi banyak orang. Sikat gigi adalah sesuatu yang biasa saja, dan tidak menarik perhatian. Tetapi jika kita menaruh sikat gigi tersebut di trotoar dalam posisi berdiri, terus dikelilingi dengan coretan kapur, dan garis polisi, maka dia akan menarik perhatian dan pendapat banyak orang yang melewati tempat tersebut. Sebagai seni, noise mempunyai tingkat ke”misterius”an tersendiri yang hanya bisa diungkap oleh pelaku dan penikmatnya itu sendiri. Sebagai sebuah ekspresi dan pernyataan sikap, noise adalah kebebasan mutlak, dimana kita tidak harus “dibentuk” oleh nada, bunyi, dan partitur-partitur. Spontanitas saat performance, adalah sebuah pelepasan energy buruk yang menggantung dalam kehidupan sehari-hari, semacam berteriak sekuat tenaga dari atas lembah, kemudian pergi meninggalkannya, saat gaung masih keras bergema.
Sekali lagi, saya tidak tahu, apa yang orang-orang sukai dari Keberisikan yang disebut Noise tersebut. Saya melakukannya, hanya karena senang tidak harus begini begitu, sesuatu yang diharuskan jika tergabung dalam suatu band, saya senang tidak harus menuruti audiens, dan saya senang dengan kenyataan, bahwa apa yang saya lakukan tersebut memuakkan dan sangat menggganggu bagi orang-orang yang saya benci. (YY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar